Enam Kelurahan Maraton Uji Publik Dokumen Pembentukan Desa Tangguh Bencana
SOLO - Sebanyak enam kelurahan yang diproyeksikan menjadi Desa Tangguh Bencana (Destana) 2022 menjalani uji publik secara maraton sejak Rabu (8/6) sampai Jumat (10/6). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surakarta menjadwalkan dua kelurahan menjalani uji publik setiap harinya secara bergantian.
Kepala Pelaksana BPBD Surakarta Nico Agus Putranto SH MM, mengatakan BPBD Surakarta memiliki program menjadikan kelurahan sebagai Kelurahan/ Desa Tangguh Bencana (Destana). Tahun ini, ada enam kelurahan yang akan dicanangkan sebagai Destana yakni, Joyotakan, Pajang, Sumber, Gandekan, Jebres dan Banyuanyar.
Nico mengatakan, Kelurahan Joyotakan di Kecamatan Serengan termasuk salah satu daerah rawan bencana di Surakarta. Banjir rutin masih terus terjadi. Joyotakan termasuk daerah rawan becana yang klasifikasinya sedang, karena banjirnya temporer. Ketika terjadi genangan, rata-rata sudah bisa surut dalam waktu satu sampai dua jam.
"Tujuan kita di sini, kami ingin mengajak koordinasi, klarifikasi, kami ingin mengajak seluruh masyarakat Joyotakan menjadi masyarakat yang mandiri apabila terjadi bencana di wilayahnya," terang Nico saat memberikan sambutan di acara uji publik Kelurahan Joyotakan di kantor kelurahan setempat, Rabu malam.
Kalak BPBD menjelaskan, kemandirian ini diartikan apabila terjadi bencana masyarakat sendiri itu sebagai penolongnya. Masyarakat di Joyotakan akan dapat mengenali bencana, bisa siap di dalam menanggulangi bencana. dapat melaksanakan tanggap darurat apabila terjadi bencana, sampai dapat melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi di lingkungannya.
"Kami selaku BPBD memberikan fasilitas sosialisasi dan gladi, kami berusaha meningkatkan kapasitas masyarakat di dalam memitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana serta tanggap darurat bencana. Dengan komunikasi dan edukasi kita akan buat end to end, mumpung ketemu kita bahas bareng," imbuhnya.
Melalui Destana ini, Lurah mengajak masyarakatnya memetakan daerah rawan becnana, potensi yang dimiliki, serta peralatan yang bisa digunakan dalam penanggulangan bencana.
Kemudian, dalam uji publik tersebut kelurahan menggambarkan potensi, kerawanan, dan kejadian yang ada di wilayah kelurahan, yang akan dibahas selanjutnya. BPBD akan memandu dan memberikan pelajaran yang dibutuhkan untuk menjadi Desa Tangguh Bencana.
"Kuncinya untuk bisa menjadi Destana itu kemandirian bapak/ibu di Kelurahan Joyotakan. Untuk menjadi mandiri, yang harus kita kuatkan dari sisi keluarganya. Karena kalau terjadi bencana yang bisa menolong dan memberikan bantuan pasti keluarga dulu atau orang terdekat dengan kita, sebelum bantuan dari BPBD atau pemerintah," paparnya.
Nico menekankan, di dalam penanganan bencana tidak bisa hanya BPBD sendiri, atau kelurahan sendiri atau Pemerintah Kota sendiri. Dahulu, di dalam penanganan bencana lebih ditekankan saat kejadian bencana, tetapi saat ini juga ditekankan pada pengurangan risiko bencana. Karenannya, BPBD Surakarta mengajak kelurahan bersama-sama memetakan dan membuat pengurangan risiko bencana. "Juga perlu adanya pelatihan-pelatihan, akan kami berikan simulasi cara-cara mengatasi atau mengurangi risiko bencana serta apabila bencana itu datang," pungkas Nico.